3 Desember 2014

Aliran Filsafat Pendidikan (Makalah)

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN EKSISTENSIALISME DALAM TINJAUAN ONTOLOGIS, EPISTEMOLOGIS DAN AKSIOLOGIS

PEMBAHASAN
1.      Pengertian Eksistensialisme
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang pahamnya berpusat pada manusia individu yang bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar. Secara umum eksistensialisme menekankan pilihan kreatif, subyektifitas pengalaman manusia, dan tindakan konkret dari keberadaan manusia atas setiap skema untuk hakikat manusia.
Menurut Parkay (1998), terdapat dua aliran pemikiran eksistensialisme,yang bersifat theasik (bertuhan), yang lainnya atheasik. Theasik memiliki pemikiran bahwa menyebut diri mereka sendiri sebagai kaum eksistensialis Kristen dan menunjukkan bahwa manusia memiliki suatu kerinduan akan suatu wujud sempurna, Tuhan. Melalui kerinduan ini tidak membuktikan keberadaan Tuhan, Orang-orang dapat secara bebas memilih untuk tinggal dalam kehidupan mereka seakan-akan ada Tuhan.
Filosof Spanyol Miguel de Unamuno mengungkapkan posisi ini, “Biarkan kehidupan diyakini dalam suatu cara, yang dengannya dedikasi pada ketuhanan dan nilai-nilai yang tertinggi, walaupun jika hal itu merupakan penghancuran yang menghindari kita, yang akan merupakan ketidakadilan”. Eksistensialisme atheistik memiliki pemikiran bahwa pendirian tersebut (theistik) merendahkan kondisi manusia. Dikatakan bahwa kita harus mempunyai suatu fantasi agardapat tinggal dalam kehidupan tanggung jawab moral. Pendirian semacam itu membebaskan manusia dari tanggung jawab untuk berhubungan dengan kebebasan pilihan sempurna yang dimiliki kita semua. Pendirian itu juga menyebabkan mereka menghindari fakta yang “didapat itu terlepas”, “kita sendirian, dengan tidak ada maaf”, dan “kita terhukum agar bebas”.
Eksistensialisme tidak harus dipandang sebagai sebuah aliran filsafat dalam arti yang sama sebagaimana tradisi filsafat sebelimnya. Eksistensialisme mempunyai ciri, diantaranya:
a.       Penolakan untuk dimasukkan dalam aliran filsafat tertentu.
b.      Tidak mengakui adekuasi sistem filsafat dan ajaran keyakinan agama.
c.       Sangat eksistensi, tidak puas dengan sistem filsafat tradisional yang bersifat dangkal, akademis dan jau dari kehidupan.


2.      Eksistensialisme menurut para tokoh, yaitu:

a)      Gabriel Marcel (1889-1978)\
Marcel adalah filsuf Perancis yang bertitiktolak dari eksistensi. Sudah sejak tahun 1925, sebelum Kierkegaard dan filsuf eksistensialisme lain membicarakan eksistensi, Marcel telah menulis artikel yang berjudul Eksistensi dan objektivitas. Eksistensi adalah saya tidak menyadari siuasi saya itu. Menurut Marcel, eksistensi adalah lawan objektivitas dan tidak pernah dapat dijadikan objektifitas. Bahwa eksistensi adalah suatu situasi kongkrit saya sebagai subjek dalam dunia.
b)      Jean Paul Sartre (1905-1980)
Titik tolak filsafat tidak bisa lain, kecuali kesadaran yang saya miliki tentang diri saya sendiri (cogito).Kesadaran itu tidak bersifat tertutup, melainkan intensional (menurut kodratnya terarah pada dunia). Bahwa kesadaran itu adalah kesadaran diri, tetapi kesadaran akan diri ini tidak sama dengan pengalaman tentang dirinya.

3.      Macam- Macam Eksistensialisme Filsafat Pendidikan

v  Eksistensialisme sebagai filsafat pendidikan keagamaan
Bahwa filsafat pendidikan eksistensialisme merupakan reaksi terhadap filsafat pendidikan perenialis dan perbedaannya terletak pada kenyataan bahwa yang pertama menempatkaneksistensi kehidupan agama.
v  Eksistensialisme sebagai filsafat humanis eksistensialis
Karakteristik  filsafat ini adalah analisa yang interpretasi fenomena krisis yang mana mengganti nilai-nilai yang lama dengan nilai yang baru.
v  Eksistensialisme sebagai filfafat humanisme ilmiah
Filsafat ini mendasarkan asas-asas filsafat  pada kepercayaan atas kebebasan manusia dan penghormatan atas martabat individu.

4.      Ciri-Ciri Eksistensialisme

ü  Filsafat eksistensialisme sebagai modern eropa barat
Dunia barat menganggap dunia kehidupan ini sebagai dunia yang berguna untuk dinikmati, akan tetapi dirasakan sebagai kekosongan, kehampaan dan kesunyian yang tidak terhingga.
ü  Eksistensialisme adalah filsafat reaksi
Filsafat eksistensialisme merupakan filsafatreaksi baik terhadap aliran idealisme dan naturalisme eksistensialisme adalah reaksi  naturalisme matrealisme karena manusia diletakkan pada dasar yang sama dengan benda, sehingga manusia dianggap sebagai mesin yang sama diatur menurut hukum mekanis dan berjalan secara mekanistis. Bahwa manusia itu bukan makhluk individual dan makhluk yang memiliki tanggung jawab tetapi sebagai materi apabila sudah terpenuhi kebutuhan materinya maka telah terpenuhilah martabat kemanusiannya.
ü  Eksiistensialisme sebagai filsafat humanis
Aliaran ini mengatakan menolak terhadap segala macam nilai mutlak absolute yang universal dan rasional. Aliran ini mengharapkan pada pandangan yang mengakui kenyataan bahwa manusia adalah subjek yang memberikan nilai dan memberikan arti hidup kepribadian dirinya.
ü  Eksistensialisme sebagai fisafat konflik krisis
Filsafat ini mencerminkan pada banyak pemikiran serta pertentangan dengan kenyataan konversional yang berlaku, sehingga sulit dimengerti dan dipahami.

5.      Beberapa Pandangan Eksistensialisme

a.      Pandangan Ontologi Eksistensialisme
Masalah ontologis berkaitan erat dengan tujuan pendidikan yang ingin di capai, yang erat kaitannya dengan landasan filosofis pendidikan yang menjadi acuan perumusan tujuan yang lebimenuhan diri secara umum. Tujuan pendidikan adalah untuk mendorong setiap individuagar mampu mengembangkan semua potensinya untuk pemenuhan diri. Setiap individu memiliki kebutuhan dan perhatian yang spesifik berkaitan dengan dengan pemenuhan dirinya, sehingga dalam menentukan kurikulum tidak ada kurikulum yang pasti dan ditentukan berlaku secara umum.
Kaum eksistensialisme menilai kurikulum berdasarkan pada apakah hal itu berkontribusi pada pencarian individu akan makna dan muncul dalam suatu tingkatan kepekaan personal. Kurikulum yang ideal yaitu kurikulum yang memberi para siswa kebebasan individual yang luas dan mensyaratkan mereka untuk mengajukan pertanyaan, melaksanakan, pencarian mereka sendiri, dan menarik kesimpulan mereka sendiri.

b.      Pandangan Epistemologi Eksistensialisme (hakekat pengetahuan)
Epistemologi adalah berkaitan dengan isi pendidikan yang menjadi landasan pengetahuan dalam rangka membekali subyek didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang efektif. Landasan epistemologis merupakan penjabaran dari landasan ontologis yang menjadi rujukan tujuan yang akan dicapai. Jujun S. Suriasumantri (1982), menjelaskan bahwa epistemologi adalah suatu cabang filsafat yangmembahas secara mendalam tentang segenap proses yang terlihat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan.
Ilmu merupakan pengetahuan yang didapat melalui proses tertentu yang dinamakan metode keilmuan. Teori pengetahuan eksistensialisme banyak dipengaruhi oleh filsafat fenomenologi, suatu pandangan yang menggambarkan penampakan benda-benda dan peristiwa-peristiwa sebagaimana benda tersebut menampakkan dirinya terhadap kesadaran manusia. Pengetahuan manusia tergantung pada pemahamannya tentang realitas, tergantung pada interpretasi manusia pada realitas.

c.       Pandangan Aksiologi Eksistensialime (hakekat penilaian)
Pandangan ini menekankan kebebasan dalam tindakan. Kebebasan bukan tujuan atau suatu cita-cita dalam dirinya sendiri, melainkan suatu potensi untuk suatu tindakan. Menurut Noor Syam, bahwa pendidika secara praktis tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai terutama  yang meliputi kualitas kecerdasan, nilai ilmiah, nilai moral, dan nilai agama yang semuanya tersimpul didalam tujuan pendidikan yakni membina kepribadian ideal. Implikasi dari landasan aksiologi terhadap pendidikan, memberi wawasan kepada pendidik atau guru untuk dapat secara kreatif mencari makna dan nilai manfaat dari ilmu, serta metode dan strategi belajar yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajara yang baik.
Peranan guru dalam pemikiran eksistensialisme, bahwa guru harus mampu membimbing dan mengarahkan siswa dengan baik supaya siswa mampu berpikir relatif dengan cara memberi pertanyaan-pertanyaan. Guru tidak memberi pengarahan dan tidak memberi intruksi. Guru hadir dalam kelas dengan wawasan yang luas agar betul-betul menhasilkan diskusi tentang mata pelajaran yang diajarkan. Diskusi merupakan metode utama dalam pandangan eksistensialisme,. Siswa memiliki hak untuk menolak interpretasi guru tentang pelajaran. Sekolah merupakan forum dimana siswa mampu berdialog dengan temannya, dan guru membantu menjelaskan kemajuan siswa dalam pemenuhan dirinya.
Beberapa peranan guru dalam menjalankan tugas kegiatan dalam pendidikan, antara lain:
Ø  Menemukan pembawaan pada anak didiknya dengan jalan observasi, wawancara, pergaulan, dan angket.
Ø  Menyajikan jalan terbaik dan menunjukkan perkembangan yang baik.
Ø  Menolong anak didiknya dalam perkembangannya, supaya pembawaan buruk tidak dapat berkembang.
Ø  Mengadakan evaluasi untuk mengetahui perkembangan anak didiknya.
Ø  Memberikan dan penyuluhan anak didiknya pada waktu mereka menghadapi kesulitan dengan cara yang sesuai dengan kemampua anak didik dan tujuan yang dicapai.
Ø  Dalam menjalankan tugasnya, pendidik wajib selalu ingat bahwa anak sendirilah yang berkembang berdasarkan bakat yang ada dalam dirinya.
Ø  Pendidik engadakan penilaian atas diri sendiri untuk mengetahui diri pribadinya yang harus diperbaiki.
Ø  Memilih metode dan tehnik penyajian yang tidak saja disesuaikan dengan bahan atau isi pendidikan yang akan disampaikan, tetapi harus disesuaikan dengan kondisi anak didiknya.


6.      KESIMPULAN
Eksistensialisme merupakan suatu pemikiran yang memiliki pengaruh yang sangat luas dan pada hakikatnya merupakan aliran filsafat yang bertujuan mengembalikan umat manusia sesuai dengan keadaan hidup asasi yang dimiliki dan dihadapi. Implikasi dari pembahasan masalah antropologis, ontologis, epistemologis dan aksiologis adalah diperolehnya informasi tentang hakikat manusia, peranan perumusan tujuan pendidikan , hakikat isi program pendidikan yang selayaknya diberikan anak didik, dan nilai-nilai yang akan dicapai sebagai hasil pendidikan yang diinginkan.

7.      REFERENSI
a.     Prof. Dr. H. Jalaludin dan Drs. Abdullah Idi, M.Ed . 2002. Filsafat Pendidikan. Jakarta. Gaya Media Pratama

b.     Drs. Uyoh Sadullod, M.Pd. 2011. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung. Alfabeta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ucapkan Salam