20 Desember 2015

AGAMA DAN KEBERAGAMAAN

AGAMA DAN KEBERAGAMAAN
Keberagamaan hundhury
Islam, secara pasti, adalah agama yang diyakini merupakan wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT. Kepada Nabi Muhammad SAW, agar menjadi petunjuk kehidupan bagi umat manusia. Keniscayaan ini merupakan kepastian yang menjadai karakter dasar pengertian agama itu sendiri. Sebagai agama, maka petunjuk kehidupan tersebut diterima oleh umat beriman, dan kemudian melaksanakannya dalam keseharian mereka. Produk yang dihasilkan, sudah barang tentu, adalah praktik kehidupan sebagai wujud pelaksanaan ajaran ketuhanan yang disampaikan oleh Utusan-Nya. Relasi dua bentuk fenomena ini menghasilkan konsep agama dan keberagamaan. Agama, di suatu sisi, adalah wahyu transendental yang diturunkan oleh Allah SWT. Kepada manusia, melalui Rasulullah yang ditunjuk sebagai Utusan-Nya. Di pihak lain, keberagamaan menunjuk kepada rangkaian perbuatan, prilaku dan kegiatan orang beriman yang telah melaksanakan ajaran tersebut, didalam kehidupan konkret mereka. 


Sepintas, didalam hubungan tersebut hanya terdapat dua pihak, yaitu Allahyang menurunkan wahyu dan manusia yang melaksanakannya. Akan tetapi, peran dan posisi utusan yang menyampaikan wahyu menjadi berbeda, jika berasal dari jenis kemanusiaan, dan berarti, sama seperti umat yang menerimanya. Komunitas pelaksanaan ajaran agama dapat dibedakan menjadi dua kelompok. Pertama adalah mereka yang beriman dan hadir dalam proses penurunan wahyu, karena berpeluang hidup semasa dan bergaul dengan Rasulullah tersebut. Dengan demikian, mereka memperoleh bimbingan langsung, sehingga keberagamaannya merupakan produk kerasulan. Jenis ini disebut keberagamaan dengan kehadiran (tadayyun hudhury), dan komunitas tersebut dikenal dengan sebutan sahabat. Artinya, kberagamaan hudhury adalah karakter kebersamaan dengan unsur pokok kehadiran pelaku, baik oleh Rasulullah dalam proses keberagamaan pengikutnya, atau oleh kehadiran komunitas sahabat dalam proses wahyu keagamaan, sepanjang penyampaian ajaran agama tersebut.

#dasar-dasar praktikum keberagamaan dalam islam halaman: 55-56
#Prof. Dr. Muslim A. Kadir, M.A.
#semoga bermanfaat

Nasrudin.9455@yahoo.com

19 Desember 2015

Makna dan Devinisi Kerja Menurut Para Ahli

DIVINISI KERJA
Arti kerja
Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan itu bisa bermacam-macam, berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak disadari oleh pelakunya. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapai, dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawanya kepada suatu keadaan yang lebih memuaskan daripada keadaan sebelumnya.
Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa pada diri manusia terdapat kebutuhan-kebutuhan yang pada saatnya membentuk tujuan-tujuan yang hendak dicapai dan dipenuhi. Demi mencapai tujuan-tujuan itu, orang terdorong melakukan suatu aktivitas yang disebut kerja. Tetapi tidak semua aktivitas dikatakan kerja, karena menurut Dr Franz Von Magnis, dalam bukunya “sekitar manusia; bunga rampai Tentang Filsafat Manusia”,  pekerja dalah kegiatan yang direncanakan. Jadi pekerjaan itu  memerlukan pemikiran yang khusus dan tidak dapat dijalankan oleh binatang. Yang dilaksanakan tidak hanya pelaksanaan kegiatan itu sendiri menyenangkan, melalaikan karena itu mau dengan sungguh-sungguh mencapai suatu hasil yang kemudian berdiri sendiri atau sebagai benda karya, tenaga dan sebagainya, atau sebagai pelayanan terhadap masyarakat, termasuk dirinya sendiri. Kegiatan itu dapat berupa pemakaian tenaga jasmani maupun rohani.
Menurut Hegal (1770-1831), inti pekerjaan adalah kesadaran manusia. Pekerjaan memungkinkan orang dapat menyatakan diri secara obyektif ke dunia ini, sehingga ia dan orang lain dapat memandang dan memahami keberadaan dirinya.
#psikologi kerja hal 11-12 (PANJI ANORAGA, S.E., M.M. 2014)
#lebih lengkap bisa lihat langsung dibukunya
#semoga bermanfaat

Nasrudin.9455@yahoo.com

Tantangan pendidikan islam

Tantangan pendidikan islam

Tantangan pendidikan islam saat ini sangat jauh berbeda dengan tantangan pendidikan islam sebagaimana yang terdapat pada zaman klasik dan pertengahan. Baik secara internal maupun secara eksternal tentang pendidikan islam di zaman klasik dan pertengahan cukup berat, namun secara psikologis dan ideologis lebih mudah diatasi. Secara internal umat islam pada masa klasik masih fress (segar). Masa kehidupan mereka dengan sumber ajaran islam, yakni Al-Qur’an dan al-Sunnah masih dekat, dan semangat militansi dalam berjuang memajukan Islam masih amat kuat. Sedangkan secara eksternal, umat islam belum menghadapai ancaman yang serius dari negara-negara lain (Eropa dan Barat) masih belum bangkit dan maju seperti sekarang.
Tantangan pendidikan islam di zaman sekarang selain menghadapi pertarungan ideologo-ideologi besar dunia sebagaimana tersebut diatas, juga mengahadapi berbagai kecenderungan yang tak ubahnya seperti badai besar (turbulance) atau tsunami. Menurut Daniel bell, di era globalisai saat ini keadaan dunia ditandai oleh lima kecenderungan sebagai berikut.
Pertama, kecenderungan intergrasi ekonomi yang menyebabkan terjadinya persanigan bebeas dalam dunia pendidikan. Karena menurut mereka, dunia pendidikan juga ternasuk yang diperdagangkan, maka dunia pendidikan saat ini juga dihadapkan pada logika bisnis. Munculnya pendidikan yang berbasis sistem dan infrastruktur, manajemen berbasis mutu terpadu (Total Quality Managemant/TQM), interpreneur unversity dan lahirnya Undang-Undang Badan Hukum sebagai komoditas yang diperdagangkan. Penyelenggaraan pendidikan saat ini tidak ditujukan untuk mencerdaskan bangsa, memberdayakan manusia atau mencetak manusia yang saleh, melalikan untuk menghasilkan manusia-manusia yang economic minded, dan penyelenggaraan untuk mendapatkan keuntungan material.
Kedua, kecendrungan fragmentasi politik menyebabkan terjadinya peningkatan tuntunan dan harapan dari masyarakat. Mereka semakin membutuhkan perlakuan yang adil, demokratis, egaliter, transparan, akuntabel, cepat, tepat, dan profesional. Mereka ingin dilayani dengan baik dan memuaskan. Kecendrungan ini rerlihat adanya pengelolaan manajemen pendidikan yang berbasis sekolah (scool based management), pemeberian peluang kepada komite atau majelis sekolah/madrasah untuk ikut dalam perumusan kebijakan dan program pendidikan, pelayanan proses belajar mengajar yang lebih memberikan peluang dan kebebasan kepada peserta didik, yaitu model belajar mengajar yang partisipatif, aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenagkan (PAKEM).
Ketiga, kecendrungan penggunaan teknologi canggih (sofisticated technology) khususnya teknologi komunikasi dan informasi (TKI) seperti komputer. Kehadiran TKI ini menyebabkan terjadinya tuntunan dari masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang lebih cepat, transparan, tidak dibatasi waktu dan tempat. Teknologi canggih ini juga telah masuk kedalam dunia pendidikan, seperti dalam pelayanan administrasi pendidikan, keuangan, proses belajar mengajar.
Keempat, kecendrungan interdependency (kesalingtergantungan), yaitu suatu keadaan dimana seseorang baru dapat memenuhi kebutuhannya apabila dibantu oleh orang lain. Berbagai siasat dan strategi yang dilakukan Negara-negara maju untuk membuat negara-negara berkembang bergantung kepadanya demikian terjadi secara intensif. Berbagai kebijakan politik hegonomi seperti yang dilakukan Amirika Serikat misalnya, tidak terlepas dari upaya menciptakan ketergantungan negara sekutunya.
Kelima, kecendrungan memunculkan penjajah baru dalam bidang kebudayaan (new colonization in cultur) yang mengakibatkan terjadinya pola pikir (mindset) masyarakat pengguna pendidikan, yaitu yang dari semula mereka belajar dalam rangka meningkatkan kemampuan intelektual, moral, fisik dan psikisnya, berubah menjadi belajar untuk mendapatkan pekerjaan dan penghasilan yang besar.
#kapita selekta pendidikan islam (isu-isu kontenporer tentang pendidikan islam)
#Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A.
#kalau ada waktu coba langsung buka saja bukunya yang ada

#semoga bermanfaat